Kemiskinan yang terburuk adalah KESEPIAN dan merasa tidak DICINTAI .... (M. Teresa)

Kamis, Oktober 21, 2010

Indahnya Berbagi

by: ASA

Bacaan Injil dari 2 Kor 9: 6-10, mengingatkan saya pada saat saya ada di lampu merah ketemu seorang anak dengan menggendong adiknya sedang meminta sedekah, dia menempelkan dahi melihat kedalam kabin mobilku dimana ada uang ribuan, dan saya dengan arogannya mengangkat tangan sebagai tanda “maaf”, dan muka menoleh ke lain arah supaya tidak memandang wajah anak itu.

Uang Ribuan yang buat saya merupakan uang recehan, tetapi menjadi harta yang bermakna bagi dia, paling tidak bisa dibelikan sebungkus nasi putih di warteg, dengan sedikit kuah sebagai perasa di lidah.

Dan kuingat kehidupan didesa, petani menebarkan 5 kg benih padi dan dapat menghasilkan berlipat – lipat ganda , lebih dari 1 ton hasil panen.

Kemudian petani menyisihkan hanya 5 kg untuk bibit berikutnya, dan beberapa kilogram untuk dibagikan kepada ibu-ibu yang ikut “derep / memanen padi“ , juga dibagikan sebagian kepada sanak-saudara, tetangga, dan juga dibagikan kepada desa dalam rupa “jimpitan” untuk pembangunan desa-nya, sebagian dijual untuk mendapatkan uang yang selanjutnya dapat dibelanjakan untuk keperluan lainnya dan sebagian lagi dimasukkan dalam lumbung sebagai cadangan “DEVISA” rumah tangganya.

Kubayangkan dengan pikiranku, apabila semua padi tersebut dimasukkan dalam lumbung, tikus akan mengerat, kutu akan merusak butir padi dan hujan akan membusukkan seluruh butiran padi.

Kembali pada diriku; muncul pernyataan dan pertanyaan pada diri sendiri, “ saya mengaku sebagai orang Katolik yang bisa pergi tanpa kehujanan, kedinginan pada saat panas terik, pantaskan aku memalingkan muka bagi anak kecil yang kepanasan menggendong adiknya yang mengharapkan mendapatkan uang receh dariku, yang (-mungkin-) saat itu dia belum makan ?”

Dimanakah ke-Katolikan-ku ?

Mudah untuk terucap , susah untuk dilaksanakan, karena aku memegang teori ekonomi.

Aku selalu menggunakan teori ekonomi dan kalkulator pikiranku untuk menghitung matematika untung ruginya.
Bila aku memberikan sedekah, apa untungnya bagiku dan berapakan yang kudapatkan ?

Petani tidak pernah terucap karena tidak memiliki teori dan tidak pernah menggunakan kalkulator pikiran, tetapi melaksanakannya; yaitu dengan hati.

2Kor 9:7
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Petani merasakan indahnya berbagi dalam hidupnya, satu berbagi dengan yang lain, dan yang lain berbagi kepada yang lainnya lagi, seperti ikatan mata rantai ; satu dengan yang lain saling menyambung dan terciptalah alam yang “gemah ripah loh jinawi”.
Satu dengan yang lain merasa tidak ada yang kekurangan, dan satu dengan yang lain tidak ada yang merasa kelebihan.

2Kor 9:8
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”

Tidak ada komentar:

Kategori